• Indonesia harus mau belajar dari negeri-negeri Barat dalam soal supremasi ilmu pengetahuan.
    - Eddie Lembong -
  • Faktor penyumbang kemajuan sebuah bangsa datang dari budaya bangsa itu sendiri.
    - Eddie Lembong -
  • Budaya adalah panacea bagi kondisi bangsa yang semrawut saat ini.
    - Eddie Lembong -
  • Bangsa kita bangsa yang besar dan kaya raya. Seharusnya kita mampu mengelola itu untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
    - Eddie Lembong -
  • Kemajemukan membawa konsekuensi kepada kita untuk siap dan selalu bisa menerima keberagaman tanpa tendensi untuk mendominasi lewat cara apapun.
    - Eddie Lembong -
  • Membangun karakter bangsa memang bukan proyek jangka pendek, ia adalah megaproyek yang harus terus dirawat dan tanpa jeda didiskusikan.
    - Eddie Lembong -
Seremoni Penyerahan Hadiah Lomba  Penulisan Penyerbukan Silang Antarbudaya

Seremoni Penyerahan Hadiah Lomba Penulisan Penyerbukan Silang Antarbudaya

23 November 2024   by admin
Lomba menulis yang diselenggarakan oleh Nabil Society dengan tema “Penyerbukan Silang Antarbudaya (Cross Cultural Fertilization) Sebagai Strategi Membangun Kebudayaan Indonesia” mendapatkan sambutan yang luar biasa. Tidak kurang dari 192 orang telah mendaftar sebagai peserta dan mengajukan naskah kepada panitia lomba. Hal ini betul-betul di luar dugaan panitia dan tentunya menjadi sebuah kenyataan yang menggembirakan, sebab hal itu dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tema tentang kebudayaan—khususnya tentang penyerbukan silang antarabudaya sebagaimana yang diusung Eddie Lembong melalui Yayasan Nabil—telah cukup kenal masyarakat luas.

Lomba menulis yang dimaksudkan untuk sosialisasi ide penyerbukan silang antarbudaya ini dimulai sejak 1 April hingga 31 Mei 2014 itu diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari SMA, S1 hingga Doktor, dengan latar belakang profesi seperti pelajar, mahasiswa, akademisi, peneliti, wartawan, dan masyarakat umum. Begitu pula alamat peserta yang ternyata menjangkau luar pulau Jawa. Jadi tidak hanya kota-kota di pulau Jawa seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya tetapi juga termasuk Palembang, Siak (Riau), Manado, Palu (Sulawesi), Tarakan (Kalimantan), Lombok (NTB), Denpasar (Bali),dan lainnya.

Naskah yang diajukan memiliki isi dan pendekatan yang beragam dan menarik, sesuai dengan latar belakang masing-masing. Namun demikian panitia harus melakukan seleksi sesuai dengan ketentuan lomba yang telah ditetapkan. Sehingga dari keseluruhan naskah yang masuk berjumlah 192 naskah setelah diseleksi secara administrasi menjadi 155 naskah.

Maka mulai tanggal 7 Juni 2014 dewan juri telah menerima naskah tersebut dan bekerja keras untuk memberikan penilaian terhadap seluruh naskah. Dewan juri yang diketuai oleh Prof. Dr.Edi Sedyawati akhirnya menetapkan tiga pemenang lomba menulis Yayasan Nabil, antara lain: Juara I adalah Fadly Rahman dengan judul “Bersaudara dalam Rasa”Makanan sebagai Simbol Harmonis Silang – Budaya China di Indonesia (Sebuah Perspektif Sejarah).” Fadly Rahman adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada kelahiran Bogor. Juara II, Dani dengan judul “Penyerbukan Silang Antarbudaya Sebagai Strategi Membangun Kebudayaan : Suatu Tinjauan Kritis” Dani adalah Peneliti (Center For Asian Studies). Juara III Eva Bachtiar dengan judul “Pendidikan Karakter Dalam Mempersiapkan Anak Didik Menghadapi Penyerbukan Silang Antarbudaya”. Eva adalah Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar.

Masing-masing dari ketiga juara tersebut, selain memenuhi ketentuan penulisan secara administrasi dan memenuhi kriteria aspek penilaian, seperti relevansi isi tulisan dengan tema, kesesuaian dengan kenyataan sosial yang ada, dan efektifitas penggunaan tatabahasa, juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tulisan-tulisan yang lainnya yang kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk mendapatkan skor nilai tertinggi oleh ketiga dewan juri.

Juara I. Tulisannya memiliki bahasa dan susunan kalimat yang baik dan jelas dengan narasi yang mengalir serta ditunjang oleh referensi yang kuat dan relevan. Judulnya sendiri unik bertema kuliner, namun mengungkapkan tentang bagaimana pengaruh kuliner Tionghoa di Indonesia yang tidak hanya dari segi makanan saja, namun melihat bagaimana makanan dapat menjadi sarana yang baik untuk menciptakan suatu penyerbukan silang antarbudaya bangsa di Indonesia.

Juara ke II. Tulisan juara kedua ini secara eksplisit terkait langsung dengan judul lomba. Isinya pun membicarakan tentang konsep penyerbukan silang antarbudaya. Ia mencoba untuk meninjau kembali dan memberi catatan tambahan secara kritis terhadap konsep penyerbukan silang antarbudaya.

Juara ke III. Tulisannya berlatar pengalaman mengajar yang dilakukan oleh penulisnya sendiri di desa Moilong yang berpenduduk asli orang Bugis, Saluan, dan Bajo. Sementara pendatang dari Jawa, Bali, Lombok. Penulis mencoba untuk mengemukakan pengalamannya dalam mengajar siswa dari latar belakang yang berbeda tersebut sesuai dengan konsep penyerbukan silang antarbudaya.

Akhirnya, keputusan dewan juri bersifat mutlak. Mereka telah sepakat untuk memilih ketiganya masing-masing sebagai juara I, II dan III. Selamat kepada para pemenang.

Penyerahan penghargaan telah dilaksanakan di sekretariat Yayasan Nabil, Selasa, 19 Agustus 2014 pukul 10.00 sampai 12.00. Hadir Ketua Dewan Juri Prof. Dr.Edi Sedyawati beserta juri Ari Chandra dan Try Harjono, serta Fadly Rahman (Juara I) dan Dani (Juara II). Ikut hadir dari Dewan Pakar Nabil: Prof. Dr. Saparinah Sadli, Myra Sidharta dan Mely G. Tan, Ph.D serta hadirin lainnya dan media massa. Acara diwarnai dengan diskusi yang mencerahkan terkait topic penyerbukan silang antarbudaya, serta pengalaman para pemenang. ***

Dikusi Publik
scroll to top