• Indonesia harus mau belajar dari negeri-negeri Barat dalam soal supremasi ilmu pengetahuan.
    - Eddie Lembong -
  • Faktor penyumbang kemajuan sebuah bangsa datang dari budaya bangsa itu sendiri.
    - Eddie Lembong -
  • Budaya adalah panacea bagi kondisi bangsa yang semrawut saat ini.
    - Eddie Lembong -
  • Bangsa kita bangsa yang besar dan kaya raya. Seharusnya kita mampu mengelola itu untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
    - Eddie Lembong -
  • Kemajemukan membawa konsekuensi kepada kita untuk siap dan selalu bisa menerima keberagaman tanpa tendensi untuk mendominasi lewat cara apapun.
    - Eddie Lembong -
  • Membangun karakter bangsa memang bukan proyek jangka pendek, ia adalah megaproyek yang harus terus dirawat dan tanpa jeda didiskusikan.
    - Eddie Lembong -
Tempatkan Kebudayaan Sebagai Panglima

Tempatkan Kebudayaan Sebagai Panglima

23 November 2024   by admin
Yogyakarta, Kompas - Kebudayaan Indonesia yang terbuka terhadap dunia luar bisa hilang ditelan aliran kebudayaan asing jika tidak cemat menghadapinya. Keterpurukan Indonesia saat ini salah satu sebabnya juga faktor budaya, termasuk lemahnya karakter. Karena itu, demi masa depan, semua pihak harus bergandengan tangan untuk menempatkan ”kebudayaan sebagai panglima” di Indonesia.

Demikian benang merah seminar kebudayaan bertema ”Belajar dari Bangsa Lain: Prespektif Cross Cultural Fertilization”, di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (13/12). Seminar diselenggarakan kerja sama Nabil Society dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM, harian Kompas, dan LP3ES. Pembicara dalam seminar tersebut ialah Guru Besar Sejarah UGM Bambang Purwanto, antropolog Universitas Muhammadiyah Surakarta Dewi Candraningrum, dan sejarawan Yayasan Nabil Didi Kwartanada.

Menurut Candraningrum, dengan terbuka terhadap dunia luar, kebudayaan bisa jadi tak lagi orisinal. Meskipun demikian, kebudayaan akan meramu, bercampur, dan mengawinkan beragam unsur menjadi budaya hibrida. Bahkan, budaya hibrida itu terus tumbuh dan berkembang membangun identitas nasional.

Sesuatu yang hibrid adalah orisinal. ”Lagi pula tidak ada kebudayaan dan peradaban yang memulai dirinya dari nol. Peradaban saling memengaruhi, sambung-menyambung, dan saling meninggalkan jejak,” kata Candraningrum.

Memberi nilai

Hanya saja, menurut Didi Kwartanada, di Indonesia kebudayaan belum menjadi panglima dalam menyelesaikan masalah bangsa. Beberapa negara—seperti Korea Selatan, Jepang, dan China—telah memulainya, dan menunjukkan hasil yang positif. Selain bangsa lain mempelajari budaya mereka, kebudayaan tersebut mampu memberikan nilai tambah ekonomi pada bidang industri kreatif dan pariwisata.

Penyerbukan Silang Antarbudaya (Cross Cultural Fertilization), menurut Didi, bisa diusulkan sebagai strategi kebudayaan untuk memperbaiki karakter bangsa. Kita bisa memulainya dengan menggali berbagai budaya positif suku-suku bangsa di Indonesia. Contohnya orang Kawanua yang luwes bergaul, orang Jawa yang rajin dan tahan menderita, dan orang Padang yang hemat dan pekerja.

”Dicampur dengan mempelajari budaya-budaya positif dari China, Korsel, Jepang, maupun budaya Barat akan terbangun sebuah karakter bangsa Indonesia yang kuat,” tegasnya.

Negara-negara maju menyadari arti penting budaya sebagai ”softpower” diplomasi. Maka dibangunlah pusat-pusat kebudayaan seperti Goethe-Institut (Jerman), Erasmus Huis (Belanda), British Council (Inggris), Institut Francais Indonesia (Perancis), serta Confucius Institute (China). ”Negara lain juga mendirikan pusat kebudayaan di Indonesia, seperti Italia, India, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat,” kata Didi. (TOP)


Kompas, Jumat, 14 Desember 2012 | 03:36 WIB 
Dikusi Publik
scroll to top