Majalah Market+ edisi Maret 2012
Hubungan antar etnik yang harmoni merupakan impian dari Eddie Lembong, pendiri Yayasan National Building. Melalui keseriusan mengadakan pendidikan dan penelitian, yayasan ini yakin akan terciptanya karakter generasi yang menjunjung nilai persatuan meski menghadapi ragam perbedaan.
Motto yang diusung adalah “Nation Building dalam kesetaraan tanpa pembedaan”. Yayasan ini menekankan pentingnya penyerbukan silang antar budaya (Cross Cultural Fertilization) antara budaya Indonesia.
Aan Rukmana, selaku Ketua Harian Nabil Society menjelaskan, bahwasanya budaya positif yang kuat menjadi penting untuk membangun bangsa.” Kita bisa ambil contoh antara Ghana dan Korea Selatan. Pada tempo yang lalu, keduanya berada dalam kondisi sama-sama terbelakang dan belum maju. Namun kini Korea Selatan jauh berubah lebih baik 15 kali lipat, dan diteliti bahwa budaya menjadi faktornya,”. Untuk itu, perlu digemakan kembali pentingnya membangun masyarakat dengan mengedepankan penyerbukan silang antar budaya. “Kita mengharapkan “pohon” Indonesia menjadi tumbuh, dan buah manisnya dapat dirasakan banyak orang,” lanjutnya.
Bertempat di Jalan Limo no 42 Permata Hijau di kawasan Jakarta Selatan, Didi Kwartanada, Assisten GM Yayasan Nabil memberikan pemaparannya mengenai kegiatan Yayasan Nabil. Selain aktif menyelenggarakan seminar, pencerdasan pun diberikan melalui buku. Berdiri sejak tahun 2006, yayasan ini telah menerbitkan berbagai buku bermutu, diantaranya Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Budaya, Politik, dan Media, serta biografi Eddie Lembong.
Tidak sampai disitu, yayasan ini telah menyeleksi buku yang dinilai bermanfaat, membelinya dalam jumlah besar, dan menyebarluaskan di pelosok daerah Nusantara, “Knowledge is power, yayasan ini berupaya menyebarluaskan pengetahuan,” tutur Didi. Aktivitas yayasan mendapat dukungan serta pemikiran dari tokoh masyarakat. Mulai Dr. Ahmad Syafii Maarif, Prof.Dr Saparinah Sadli, Dr. Anhar Gonggong, telah menjadi Dewan Pakar Yayasan Nabil.
Beberapa proyek khusus berhasil diselenggarakan. Setahun sekali, yayasan memberikan anugerah Nabil Award kepada ilmuwan sosial yang berjasa bagi pengembangan proses Nation Building dengan memberikan pencerahan berupa kegiatan penelitian maupun penerbitan buku. Pada tahun 2011, penerima anugerah ini adalah pada Saparinah Sadli, Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia yang 40 tahun menjadi pendidik, penulis, dan memberikan sumbangan besar untuk advokasi langsung masalah perempuan.
Para aktivis muda, yang perhatian terhadap kemajuan bangsa khusunya di bidang budaya pun bisa berpartisipasi melalui komunitas Nabil Society. Anggota komunitas yang diketuai Aan Rukmana ini akan diajak mengikuti kegiatan Nabil, seraya memberikan pemikiran baru dan gagasan cemerlang terkait sejarah maupun budaya.
Melalui fokus terhadap pencerdasan terhadap pentingnya kebudayaan, Yayasan Nabil diharapkan mampu menjadi bagian yang menyumbangkan perubahan berarti bagi bangsa ini.
“Harapan kami, bangsa ini bisa bergandeng tangan, menjadi bangsa Indonesia maju, berwawasan luas, dan bisa bersaing di tataran global.” tutur Didi memberikan harapannya ke depan. Aan pun menutupnya dengan kata bijak.“Perbedaan bukan menjadi pembedaan, namun menjadi sinergi yang menguatkan bangsa kita.” (AGUS/ASRI)
Sumber: http://marketplus.co.id/2012/03/nabil-foundation-merangkul-satu-dalam-ragam-bhinneka/